Metode Penyusutan Garis Lurus, Saldo Menurun Ganda, Unit Produksi dan Contoh Penerapannya

Penyusutan adalah alokasi beban aktiva tetap ke pos biaya secara sistematis dan periodik selama masa manfaat dari aset tersebut. Ada beberapa metode untuk menentukan besarnya nilai penyusutan, namun, metode penyusutan yang di-izinkan digunakan menurut fiskal yaitu metode garis lurus dan saldo menurun.

Dan pada kesempatan ini, saya akan share metode garis lurus, satuan hasil produksi, dan saldo menurun ganda beserta beberapa contoh aplikasi serta penerapannya untuk menghitung penyusutan aktiva tetap berikut ini.

 

01: Metode Penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method)

Straight line method adalah metode perhitungan nilai depresiasi aset tetap berwujud dan tidak berwujud dengan cara membagi nilai perolehan aset tetap dikurangi estimasi nilai sisa dibagi dengan estimasi masa manfaat. Untuk lebih jelasnya mari, ikuti ulasan lengkapnya berikut ini…

A: Pengertian Metode Penyusutan Garis Lurus

Metode depresiasi yang menentukan besarnya penyusutan sama untuk setiap tahunnya selama waktu manfaat aktiva tetap disebut metode penyusutan garis lurus.

Bagaimana cara menghitung nilai penyusutan dengan metode garis lurus? Formula sederhana yang digunakan untuk menghitung nilai depresiasi adalah sebagai berikut:

(Nilai Aktiva Yang Bisa Didepresiasikan – Estimasi Nilai Residu) : Estimasi Periode Manfaat

Untuk menyederhanakan penerapan metode ini, tarif penyusutan bisa diubah menjadi persentase dikalikan nilai aktiva yang bisa disusutkan. Nilai persentase diperoleh dari hasil pembagian 100% dengan estimasi masa kegunaan. Perhatikan contoh berikut ini:

  • Masa manfaat aktiva tetap 4 tahun, maka diubah menjadi : 100%/4, yaitu 25%.
  • 8 tahun diubah menjadi : 100%/8, hasilnya 12,5%
  • 20 tahun dirubah menjadi 100%/20 = 5%

Untuk lebih jelasnya, baca dan pelajari contoh penerapannya berikut ini…

 

B: Contoh Perhitungan dan Jurnal Penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method)

Bagaimana cara menghitung dan mencatat penyusutan aset tetap dengan metode garis lurus? Perhatikan contoh soal penyusutan metode garis lurus beserta jawabannya berikut ini:

CV Mepet Raya adalah perusahaan pengolahan kayu hasil dari perkebunan rakyat, seperti kayu sengon, kayu suren, kayu nangka dan lain sebagainya. Perusahaan membeli gergaji mesin baru senilai Rp 8.000.000.

Aset yang baru diperoleh ini diperkirakan mempunyai masa kegunaan 5 tahun, dengan nilai residu sebesar Rp 3.000.000.

Perhitungan Nilai Penyusutan Gergaji Mesin

Dari data-data tersebut, kita bisa menghitung nilai penyusutan per tahun dan per bulan gergaji mesin sbb:

Penyusutan Per Tahun:

Penyusutan Tahunan = (Nilai yang bisa disusutkan – Nilai residu) : Estimasi masa manfaat

= (Rp 8.000.000 – Rp 3.000.000) : 5 tahun
= Rp 5.000.000 : 5 tahun = Rp 1.000.000

Bila dihitung menggunakan persentase, maka:

= Rp 5.000.000 x (100%/5)
= Rp 5.000.000 x 20% = Rp 1.000.000

Penyusutan Per Bulan:

Nilai penyusutan per tahun : 12 bulan
= Rp 1.000.000 : 12 bulan
= Rp 83.300 (pembulatan)

 

Jurnal Penyesuaian Penyusutan Aset Tetap (Gergaji Mesin)

(Debit) Beban Penyusutan Aktiva Tetap – Gergaji Mesin … Rp 83.300
(Kredit) Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap – Gergaji Mesin … Rp 83.300

Jurnal penyesuaian dibuat setiap akhir bulan, sampai nilai buku dari gergaji mesin nol.

***

Perhatikan satu lagi contoh penyusutan aset tetap metode garis lurus berikut ini:

PT Sikumpul Kalisat Mekanika adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan hasil budidaya perikanan air tawar, seperti ikan lele, nila, tombro, mujair, dan ikan gabus. Perusahaan menerapkan metode penyusutan garis lurus untuk menentukan nilai penyusutan aset tetap, misalnya peralatan produksi.

Nilai perolehan peralatan produksi yang baru dibeli seharga Rp 50.600.250, dengan estimasi masa kegunaan 8 tahun, dan nilai residu Rp 15.000.000. Dari data-data tersebut, kita bisa menghitung nilai depresiasinya sebagai berikut:

Formula yang digunakan untuk menghitung nilai depresiasi peralatan per tahun adalah sbb:

(Nilai Perolehan Peralatan Produksi – Nilai Residu) x Tarif Penyusutan

= (Rp 50.600.250 – Rp 15.000.000) x 12,5%
= Rp 35.600.250  x 12,5% = Rp 4.450.000 (pembulatan)

Nilai depresiasi peralatan produksi per bulan:

Nilai penyusutan peralatan produksi per tahun : 12 bulan

= Rp 4.450.000 : 12 bulan
= Rp 370.836 (pembulatan)

Jurnal penyesuaian penyusutan peralatan produksi:

Biaya Penyusutan Peralatan Produksi … Rp 370.836 (Debit)
Akumulasi Penyusutan Peralatan Produksi … Rp 370.836 (Kredit)

Pembuatan jurnal penyusutan peralatan produksi dilakukan setiap akhir periode, sampai nilai buku dari aset tersebut habis alias 0 (nol).

 

02: Metode Penyusutan Jumlah Unit Produksi

A: Definisi Metode Penyusutan Jumlah Unit Produksi

Metode penyusutan yang mendasarkan pada jumlah produk yang dihasilkan adalah metode satuan hasil produksi. Metode penyusutan lebih menekankan pada produktivitas dibandingkan waktu yang tidak dipengaruhi oleh umur ekonomisnya. Jadi, metode penyusutan berdasarkan metode hasil produksi disebut jumlah unit produksi.

Prinsip dasar untuk menentukan nilai penyusutan aktiva tetap adalah pada penggunakan, bukan pada masa kegunaan, sehingga rumus metode penyusutan satuan hasil produksi sebagai berikut:

Penyusutan Per Unit Produksi x Jumlah Yang Diproduksi

Untuk menghitung penyusutan per unit produksi digunakan rumus sbb:

(Harga Perolehan Aset Tetap – Estimasi Nilai Residu) : Estimasi Masa Kegunaan

 

B: Contoh soal penyusutan metode hasil produksi dan jawabannya

Bagaimana cara menerapkan metode penyusutan jumlah satuan produksi? Yuk pelajari dua contoh soal penyusutan aset tetap beserta penyelesaian jawabannya berikut ini:

Contoh soal metode jumlah satuan produksi dan jawaban #1:

Sebuah perusahaan yang memproduksi tahu dan tempe berencana untuk meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah mesin produksi dan genset merk Yanmar dengan teknologi terbaru. Pada bulan Januari 2022, CV Rusdi Tempe Kalibening membeli genset seharga Rp 43.500.000.

Pengadaan genset dicatat oleh bagian finance & accounting dengan asumsi, estimasi nilai sisi sebesar Rp 8.000.000. Prakiraan masa manfaat 30.000 jam, dan beraktivitas selama 2.800 jam setahun.

Pertanyaan:

  1. Hitunglah nilai genset yang bisa disusutkan.
  2. Berapa nilai tingkat penyusutan?
  3. Hitung biaya depresiasi menggunakan metode jumlah satuan produksi.

Jawaban penyelesaian:

1: Harga perolehan yang bisa disusutkan

Rumus untuk menghitung:

Biaya Perolehan – Prakiraan Nilai Sisa

= Rp 43.500.000 – Rp 8.000.000
= Rp 35.500.000

 

2: Tingkat penyusutan

Formula yang digunakan untuk menentukan tingkat penyusutan:

Harga aset tetap yang bisa disusutkan : Estimasi masa kegunaan

= Rp 35.500.000 : 30.000 jam
=  Rp 1.180 per jam (pembulatan)

 

3: Beban Penyusutan metode jumlah unit produksi

Cara menghitungnya menggunakan rumus sebagai berikut:

Tingkat Penyusunan x Waktu Aktivitas

= Rp 1.180 x 2.800 jam
= Rp 3.313.300 (pembulatan)

 

Contoh soal metode jumlah unit produksi dan pembahasan jawaban #2:

Untuk menambah wawasan dan pemahaman kita tentang aplikasi metode jumlah satuan produksi, berikut ini disajikan satu lagi contoh soal dan pembahasan penyelesaiannya:

PT Gunung Deles Makmur merupakan perusahaan yang berfokus pada pengelolaan hasil hutan dan pemeliharaan serta pelestariannya dari waktu ke waktu. Dalam menjalankan kegiataanya perusahaan membutuhkan berbagai peralatan yang nilainya tidak murah.

Demikian juga dengan sarana prasarana pendukungnya. Oleh karena itu PT Gunung Deles Makmur harus menjalankan sistem pengelolaan aset tetap yang baik dan benar, sejak mencari, mencatat dan melakukan maintenance.

Pada tanggal 17 Agustus 2022, PT Gunung Deles Makmur membeli salah satu jenis fixed asset senilai Rp 66.500.000. Perusahaan membuat estimasi nilai residu sebesar Rp 7.000.000 dengan masa penggunaan 35.040 jam dan dalam satu tahun peralatan tersebut beroperasi selama 2.920 jam.

Soal pertanyaan:

  1. Berapa nilai biaya perolehan yang bisa disusutkan?
  2. Hitung tingkat penyusutan peralatan tersebut.
  3. Berapa beban penyusutan satuan produksi selama satu tahun?

Pembahasan dan jawaban:

1: Besaran nilai aset yang dapat disusutkan

Rumus : Biaya Perolehan Aset Tetap – Estimasi Nilai Residu

= Rp 66.500.000 – Rp 7.000.000
= Rp 59.500.000

 

2: Menghitung tingkat depresiasi aset tetap berwujud

Formula perhitungan: Besaran nilai aset yang disusutkan : masa kegunaan aset

= Rp 59.500.000 : 35.040 jam
= Rp 1.698 (pembulatan)

 

3: Menghitung beban penyusutan

Rumus perhitungan: Penyusutan per satuan produksi x Jumlah satuan produk yang dihasilkan

= 2.920 jam x Rp 1.698
= Rp 4.958.333 (pembulatan)

Inilah dua contoh studi kasus penerapan metode penyusutan jumlah unit produksi , bagaimana jika menggunakan metode penyusutan saldo menurun ganda? Yuk lanjutkan membacanya, jangan sampai kendor J

Baca artikel terkait: Neraca Saldo Perusahaan Dagang, Jasa dan Manufaktur

 

03: Metode Penyusutan Saldo Menurun Ganda (Double Declining)

A: Pengertian Metode Penyusutan Saldo Menutun Ganda

Metode penyusutan saldo menurun ganda adalah cara perhitungan nilai penyusutan aset tetap yang menghasilkan biaya depresiasi yang semakin menurun selama perkiraan waktu manfaat dari aktiva tetap.

Pada praktik implementasi metode penyusutan saldo menurun ganda besarnya persentase dihitung dengan cara mengalikan dua besaran beban penyusutan garis lurus. Perhatikan contoh berikut ini:

Sebuah perusahaan distributor minuman dalam kemasan memiliki aneka jenis aset tetap, antara lain kendaraan truck, forklif, truck box, gudang, dan perlengkapan kantor. Misalnya, tarif penyusutan dari peralatan kantor adalah 4 tahun.

Bila kita menerapkan tingkat penyusutan dengan metode saldo menurun ganda, maka cara menentukannya sebagai berikut:

Tingkat saldo menurun ganda = Tingkat penyusutan garis lurus x 2

= (1/4) x 2
= 25% x 2 = 50%

 

B: Penerapan Metode Penyusutan Saldo Menurun Ganda

Bagaimana cara menerapkan metode depresiasi ini?

Nilai penyusutan yang diperoleh dari menggandakan tingkat depresiasi garis lurus digunakan untuk menentukan besaran nilai penyusutan pada periode pertama. Untuk periode-periode berikutnya, nilai penyusutan diperoleh dengan cara mengalikan tingkat penyusutan saldo menurun ganda dengan akumulasi penyusutan.

Perhatikan contoh ilustrasi berikut ini:

PT Rawa Bedana Gunungsari memiliki aktiva tetap dengan nilai perolehan sebesar Rp 56.700.000. Aktiva tetap ini diperkirakan memiliki masa manfaat selama 6 tahun, dan estimasi nilai residu sebesar Rp 5.000.000

Pertanyaan:

Bagaimana cara menentukan nilai penyusutan dengan metode saldo menurun ganda?

Jawaban:

Perhitungan beban penyusutan dan nilai buku aset tahun pertama:

  • Biaya perolehan aset tetap = Rp 56.700.000
  • Akumulasi penyusutan tahun I = Rp 0
  • Nilai buku aset di pada awal tahun I = Rp 56.700.000
  • Tingkat penyusutan: (1/6) x 2 = 16,7% x 2 = 33,3%
  • Beban penyusutan aset tetap : 33,3% x Rp 56.700.000 = Rp 18.900.000
  • Nilai buku aset pada akhir tahun: Rp 56.700.000 – Rp 18.900.000 = Rp 37.800.000

Untuk menghitung nilai depresiasi dan nilai buku dari aset tetap tahun kedua sampai ke-enam adalah sebagai berikut:

1: Nilai penyusutan tahun ke-2

Rumus perhitungan:

Nilai buku awal tahun x Tingkat penyusutan saldo menurun ganda

= Rp 37.800.000 x 33,3%
= Rp 12.587.400

2: Nilai buku aset pada akhir tahun ke-2

Rumus untuk menghitung:

Nilai buku awal tahun – nilai penyusutan

= Rp 37.800.000 – Rp 12.587.400
= Rp 25.212.600

 

Tahun ke-3

1: Nilai depresiasi aset tetap

Rumus perhitungan yang digunakan sama seperti pada tahun ke-2, sehingga saya tidak menuliskan ulang rumusnya, tapi langsung ke perhitungannya sebagai berikut:

= Rp 25.212.600 x 33,3%
= Rp 8.395.796 (pembulatan)

2: Nilai buku (book value) akhir tahun ke-3

Untuk mencari nilai buku pada akhir tahun ke-3, rumus yang dipakai juga masih sama seperti pada tahun ke-2, oleh karena itu tidak perlu diulang lagi penulisan rumusnya ya, namun disajikan perhitungannya berikut ini:

= Rp 25.212.600 – Rp 8.395.796
= Rp 16.816.804 (pembulatan)

 

Tahun ke-4

1: Nilai depresiasi aset tetap

= Rp 16.816.804 x 33,3%
= Rp 5.599.996 (pembulatan)

2: Nilai buku (book value) akhir tahun ke-4

= Rp 16.816.804 – Rp 5.599.996
= Rp 11.216.808 (pembulatan)

 

Tahun ke-5

1: Nilai depresiasi aset tetap

= Rp 11.216.808 x 33,3%
= Rp 3.735.197

2: Nilai buku (book value) akhir tahun ke-5

= Rp 11.216.808 – Rp 3.735.197
= Rp 7.481.610

 

Tahun ke-6

Nilai residu = Rp 5.000.000

1: Nilai depresiasi aset tetap

= Rp 7.481.610 – Rp 5.000.000
= Rp 2.481.610

2: Nilai buku (book value) akhir tahun ke-6

= Rp 7.481.610 – Rp 2.481.610
= Rp 5.000.000

Dari hasil perhitungan di atas, kita bisa mengetahui bahwa nilai buku pada akhir tahun ke-6 adalah Rp 5.000.000.

Untuk memperjelas penerapan metode penyusutan saldo menurun ganda dengan data-data contoh di atas, berikut ini ditampilkan dengan sebuah tabel:

Aplikasi metode penyusutan saldo menurun ganda.

Pada tahun ke-6, yaitu periode berakhirnya masa kegunaan peralatan, nilai residu dari aset tetap tersebut adalah Rp 5.000.000, sehingga untuk menghitung nilai depresiasinya tidak dikalikan dengan 33,3% (Rp 7.481.610 x 33,3%), tapi dihitung seperti berikut ini:

= Rp 49.218.389 – Rp 5.000.000
= Rp 2.481.610

Metode penyusutan saldo menurun ganda (double declining) kurang memperhatikan penentuan nilai residu dari aset tetap berwujud, sehingga seringkali perusahaan tidak melakukan estimasi atau perkiraan masa kegunaan suatu aset.

 

C: Contoh Soal Metode Penyusutan Saldo Menurun dan Penyelesaiannya

Untuk menambah wawasan mengenai metode penyusutan saldo menurun ganda, berikut ini kami sajikan dua contoh soal beserta jawaban penyelesaiannya.

1: Contoh soal pilhan ganda metode penyusutan saldo menurun ganda

Berikut ini adalah hal-hal yang menjelaskan tentang metode penyusutan saldo menurun ganda, kecuali:

A: Masa kegunaan dinyatakan dalam tahun.

B: Biaya yang bisa disusutkan adalah nilai buku menurun, tetapi di bawah nilai residu.

C: Tingkat penyusutan dihitung dengan menggandakan tingkat penyusutan garis lurus.

D: Beban penyusutan aset tetap menurun.

E: Semua pilihan salah

Kunci jawaban: E

 

2: Contoh soal essay metode penyusutan saldo menurun dan jawabannya

PT Kalen Brukah Sejuk adalah perseroan terbatas yang bergerak dalam bidang optimalisasi, pemeliharaan dan pengembalian fungsi sumber daya air. Perusahaan ingin mengoptimalkan sarana dan prasarana yang dimiliki, salah satunya dengan peremajaan peralatan yang dimiliki.

Pada tanggal 20 Juli 2022, PT Kalen Brukah Sejuk mendatangkan peralatan canggih dari luar negeri senilai Rp 300.700.200. Perusahaan memperkirakan umur pemakaian peralatan selama 9 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 30.000.000.

Pertanyaan:

(a). Berapa nilai yang bisa disusutkan dari harga peralatan tersebut?

(b). Tentukan tingkat depresiasi peralatan dengan metode saldo menurun ganda.

(c). Hitunglah beban depresiasi peralatan untuk tahun pertama dengan metode saldo menurun ganda.

Pembahasan dan jawaban:

(a): Nilai yang disusutkan

Rumus perhitungan: Nilai Perolehan Peralatan – Nilai Residu Peralatan

= Rp 300.700.200 – Rp 30.000.000
= Rp 270.700.200

(b): Tingkat penyusutan

Rumus untuk menghitung tingkat penyusutan: Tingkat penyusutan garis lurus x 2

= (1/9) x 2
= 11,11% x 2 = 22,22%

(c): Beban penyusutan

Untuk menghitung beban atau biaya penyusutan digunakan rumus sebagai berikut:

Nilai Perolehan Peralatan x Tingkat Penyusutan

= Rp 300.700.200 x 22,22%
= Rp 66.815.584 (pembulatan)

 

Kesimpulan tentang Metode Penyusutan Aset Tetap

Metode penyusutan aset tetap berwujud, seperti kendaraan, bangunan dan amortisasi aset tetap tidak berwujud, contohnya paten, goodwill yang diakui dan diperbolehkan serta diperkenankan untuk diterapkan dalam perpajakan (UU Pajak) adalah metode garis lurus (straight line method) dan saldo menurun. Selain itu ada juga metode lain untuk menghitung nilai penyusutan aset tetap, antara lain: jumlah angka tahun (sum of the year digit) dan unit produksi (unit of activity)

Apa metode penyusutan yang paling baik dan benar? Jawabannya relatif, karena setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan, misalnya cocok digunakan untuk jenis aset tetap pada jenis bisnis tertentu, namun tidak sesuai dengan bidang bisnis yang lain. Oleh karena itu, bijak-bijaklah untuk memilih metode yang pas untuk usaha Anda.

Dari contoh-contoh implementasi yang telah disajikan ini, mudah-mudahan bisa mencerahkan serta mambantu Anda untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baikya.

Bila Anda membutuhkan template Excel untuk menghitung nilai penyusutan aset tetap berwujud, kami menyediakan secara gratis (free) sebagai bonus pembelian SOP Keuangan.

Demikian yang bisa kami bagikan pembahasan tentang metode penyusutan aktiva tetap garis lurus, saldo menurun, satuan hasil produksi beserta contoh soal dan jawabannya. Semoga ada manfaatnya dan terima kasih.

 

Note:
Boleh mengutip atau menyadur artikel ini, tapi mohon sebutkan sumbernya ya. Thanks.

Halo, saya seorang profesional bidang Finance & Accounting yang setiap hari berkutat dengan data-data serta angka. Siap mendampingi dan membuatkan Laporan Keuangan Bisnis Anda sesuai Standar Akuntansi Keuangan.

SOP Keuangan