Metode persediaan perpetual dan periodik FIFO, LIFO, dan Biaya rata-rata adalah beberapa metode yang lazim digunakan perusahaan untuk mengelola dan mengendalikan persediaan.
Pengendalian persediaan harus dikelola dengan baik agar selalu terjaga tingkat persediaan yang aman (safety stock, selain itu untuk menyajikannya dengan benar di Laporan Keuangan. Inilah berbagai contoh soal persediaan dan penyelesaiannya untuk membantu memahaminya dengan benar.
Bagaimana gambaran dan penerapan metode-metode persediaan? Mari pelajari beberapa contoh soal persediaan dan pembahasan jawabannya berikut ini.
01: Contoh Soal Persediaan Barang Dagang
Perhatikan contoh soal dan jawaban persediaan barang dagangan berikut ini:
Contoh soal dan jawaban #1: Metode arus biaya, laba kotor dan persediaan akhir.
Sebuah perusahaan dagang peralatan industri kecil dan menengah menerima tiga unit identik dari barang WD2002 dibeli selama bulan April 2022 seperti ditunjukkan berikut ini:
(a). Tanggal 10 April 2022, membeli 1 unit dengan biaya Rp 215.000
(b). Tanggal 15 April 2022, pembelian satu unit WD2002 harga Rp 218.000
(c). Tanggal 25 April 2022, membeli 1 unit barang dengan harga Rp 221.000
Jadi jumlah pembelian 3 unit dengan biaya senilai Rp 654.000, maka rata-rata biaya per unit: Rp 654.000 : 3 = Rp 218.000
Ternyata pada tanggal 29 April 2022 ada satu unit barang yang laku terjual dengan harga Rp 250.000.
Pertanyaan:
Hitunglah laba kotor untuk bulan April 2022, dan persediaan akhir per 30 April 2022 menggunakan metode FIFO (First in – First out), metode LIFO (Last in – first out), dan metode biaya rata-rata.
Pembahasan dan jawaban:
A: Nilai persediaan akhir metode fifo:
Laba kotor:
= Rp 250.000 – Rp 215.000
= Rp 35.000
Persediaan akhir:
= Rp 218.000 + Rp 221.000
= Rp 439.000
B: Metode LIFO
Gross profit:
= Rp 250.000 – Rp 221.000
= Rp 29.000
Persediaan akhir:
= Rp 215.000 + Rp 218.000
= Rp 433.000
C: Biaya Rata-rata
Laba bruto:
= Rp 250.000 – Rp 218.000
= Rp 32.000
Nilai persediaan akhir:
= Rp 218.000 x 2
= Rp 436.000
Artikel terkait : jurnal penyesuaian persediaan barang dagang
Contoh soal persediaan dan penyelesaiannya #2 :
PT Merpati Tulus adalah perusahaan dagang yang menjual aneka bahan cetakkan beton dengan berbagai ukuran, jenis dan harga. Selama bulan Maret 2022, perusahaan membeli 5 (lima) unit produk yang identik KV2000, dengan rincian sebagai berikut:
(a). Tanggal 1 Maret 2022, pembelian 1 unit KV2000 dengan nilai biaya Rp 1.880.000
(b). Tanggal 5 Maret 2022, perusahaan membeli 1 unit KV2000, biaya Rp 1.860.000
(c). Tanggal 14 Maret 2022, membeli 2 unit KV2000, dengan biaya Rp 1.881.000
(d). Tanggal 25 Maret 2022, perusahaan mengadakan lagi 1 unit KV2000, biaya Rp 1.850.000
Pada tanggal 26 Maret 2022, PT Merpati Tulus menjual 2 unit barang senilai Rp 1.900.000.
Pertanyaan:
Hitunglah gross profit untuk periode yang berakhir pada 31 Maret 2022 dan jumlah persediaan akhir periode menggunakan: (a) metode first in first out, (b) metode last in first out, dan (c) metode biaya rata-rata.
Pembahasan dan penyelesaian:
(a). Nilai persediaan akhir metode first in first out
Gross profit:
= Rp 1.900.000 – Rp 1.880.000
= Rp 20.000
Nilai persediaan akhir metode FIFO:
= Rp 1.860.000 + (Rp 1.881.000 x 2) + Rp 1.850.000
= Rp 7.472.000
(b). Persediaan lifo (last in first out)
Gross profit:
= Rp 1.900.000 – Rp 1.850.000
= Rp 50.000
Persediaan akhir:
= Rp 1.880.000 + Rp 1.860.000 + (Rp 1.881.000 x2)
= Rp 7.502.000
(c). Persediaan metode average (biaya rata-rata)
Gross profit:
Menghitung biaya rata-rata per unit:
= [Rp 1.880.000 + Rp 1.860.000 + (Rp 1.881.000 x 2) + Rp 1.850.000] : 5 unit
= Rp 9.352.000 : 5 unit = Rp 1.870.400
Menghitung Gross profit:
= Rp 1.900.000 – Rp 1.870.400
= Rp 29.600
Persediaan akhir:
= Rp 1.870.400 x 4 unit
= Rp 7.481.600
02: Contoh Soal Persediaan Metode Perpetual
Berikut ini diberikan beberapa contoh soal persediaan barang dagang sistem perpetual menggunakan metode fifo, lifo, dan biaya rata-rata:
A: Contoh soal persediaan perpetual fifo
Bagaimana cara menghitung persediaan barang dagang sistem perpetual fifo?
Mari perhatikan 2 (dua) contoh soal persediaan perpetual menggunakan metode fifo berikut ini:
Soal #1:
Persediaan awal, pembelian dan penjualan barang Tshirt-69 adalah sebagai berikut:
1: Tanggal 1 Januari 2022, jumlah persediaan 28 unit, biaya Rp 34.000 per unit.
2: 8 Januari 2022, penjualan sebanyak 15 unit.
3: 15 Januari 2022, jumlah pembelian 22 unit, biaya Rp 38.000 per unit.
4: 30 Januari 2022, ada penjualan sebanyak 20 unit.
Perusahaan melakukan pengendalian persediaan sistem perpetual menggunakan metode fifo.
Pertanyaan:
Hitunglah:
(a). Harga Pokok Penjualan (HPP) pada tanggal 30 Januari 2022
(b). Persedian per 31 Januari 2022
Pembahasan dan penyelesaian:
A: Harga pokok penjualan (HPP) 30 Januari 2022
(a): 13 unit seharga Rp 34.000 per unit = Rp 442.000
(b): 7 unit seharga Rp 38.000 per unit = Rp 266.000
(c): Penjualan 20 unit dengan harga pokok : (a) + (b) :
= Rp 442.000 + Rp 266.000
= Rp 708.000
B: Persediaan per 31 Januari 2022
Jumlah persediaan:
= 22 unit – 7 unit
= 15 unit dengan harga Rp 38.000
Nilai persediaan:
= Rp 15 unit x Rp 38.000
= Rp 570.000
Agar lebih jelas, perhatikan alurnya dalam tabel di bawah ini:
Soal #2:
PT Kalen Prima Sentosa merupakan perusahaan dagang yang mendistribusikan aneke jenis peralatan rumah tangga dengan harga bersaing. Salah satu jenis barang yang dijual mempunyai kode KC345. Dan berikut ini data-data mutasi barang menyangkut persediaan awal, pembelian, dan penjualan:
1: Tanggal 1 Februari 2022, jumlah persediaan 23 unit dengan biaya Rp 20.000 per unit.
2: 10 Februari 2022, terjadi transaksi penjualan sebanyak 18 unit.
3: 17 Februari 2022, perusahaan melakukan pembelian barang sebanyak 70 unit dengan biaya Rp 24.000 per unit.
4: Pada tanggal 26 Februari 2022, terjadi lagi penjualan barang sebanyak 50 unit
Jika perusahaan menggunakan sistem persediaan perpetual dan metode FIFO, berapakah harga pokok penjualan (HPP) pada tanggal 26 Februari 2022, dan persediaan barang pada tanggal 28 Februari 2022?
Pembahasan dan jawaban:
A: Harga pokok penjualan (HPP) 26 Februari 2022
(a): 5 unit seharga Rp 20.000 per unit = Rp 100.000
(b): 45 unit seharga Rp 24.000 per unit = Rp 1.080.000
(c): Penjualan 50 unit dengan harga pokok : (a) + (b) :
= Rp Rp 100.000 + Rp 1.080.000
= Rp 1.180.000
B: Persediaan per 28 Februari 2022
Jumlah persediaan:
= 70 unit – 45 unit
= 25 unit dengan harga Rp 24.000
Nilai persediaan:
= Rp 25 unit x Rp 24.000
= Rp 600.000
Untuk lebih jelas, yuk perhatikan aliran persediaan metode perpetual fifo dalam tabel berikut ini:
B: Contoh Soal Persediaan Metode Perpetual lifo
Perhatikan 2 (dua) contoh soal persediaan metode perpetual lifo berikut ini:
Soal #1:
PT Tualifo Utama adalah sebuah perusahaan perdagangan yang menggunakan sistem persediaan perpetual LIFO. Data-data persediaan yang diambil dari transaksi-transaksi persediaan awal, pembelian, dan penjualan barang jenis produk KS1001 selama bulan November 202x adalah sebagai berikut:
1: Tanggal 1 November 202x, perusahaan memiliki persediaan barang sebanyak 28 unit dengan biaya Rp 35.000.
2: 7 November 202x, perusahaan melakukan transaksi penjualan sebanyak 20 unit
3: Untuk menambah persediaan, pada tanggal 20 November 202x perusahaan melakukan pembelian barang dari pemasok sebesar 22 unit dengan biaya Rp 40 .000
4: Tanggal 29 November 202x, perusahaan menjual barang sebanyak 20 unit.
Pertanyaan:
(a). Berapa harga pokok penjualan pada tanggal 29 November 202x?
(b). Hitung persediaan barang per 30 November 202x.
Pembahasan dan penyelesaian soal persediaan:
A: Harga pokok penjualan (HPP) 29 Npvember 202x
= 20 unit x Rp 40 .000
= Rp 800.000
B: Persediaan 30 November 202x
(a). 8 unit x Rp 35.000 = Rp 280.00
(b). 2 unit x Rp 40 .000 = Rp 80.000
(c). Total persediaan: (a) + (b)
= Rp 280.00 + Rp 80.000
= Rp 360.000
Penjelasan lebih rinci bisa dibaca dalam tabel perhitungan berikut ini:
Soal #2:
Toko Bubui adalah perusahaan dagang yang menyediakan berbagai keperluan bayi aneka merek dan jenis. Perusahaan menerapkan sistem pencatatan persediaan perpetual dengan metode LIFO. Salah satu jenis produk yang dijual tercatat data-data persediaan awal, pembelian dan penjualan bulan Agustus sebagai berikut:
1: Tanggal 1 Agustus, persediaan awal sebanyak 30 unit dengan biaya Rp 50.000 per unit.
2: 5 Agustus, Toko Bubui menjual 15 unit produk.
3: Perusahaan membeli barang sebanyak 10 unit Rp 55.000, pada tanggal 14 Agustus.
4: 28 Agustus, Toko Bubui menjual 5 unit barang.
Pertanyaan:
- Berapakah harga pokok penjualan pada tanggal 28 Agustus?
- Hitunglah persediaan jenis produk tersebut pada tangga 31 Agustus.
Pembahasan dan jawaban soal persediaan:
A: Harga pokok penjualan (HPP) 28 Agustus
= 5 unit x Rp 55.000
= Rp 275.000
B: Persediaan 31 Agustus
(a). 15 unit x Rp 50.000 = Rp 750.00
(b). 5 unit x Rp 55 .000 = Rp 275.000
(c). Total persediaan: (a) + (b)
= Rp 750.00 + Rp 275.000
= Rp 1.025.000
Jawaban dan penyelesaian soal ini bisa dijelaskan dalam sebuah tabel berikut ini:
C: Contoh Soal Persediaan Metode Perpetual Biaya Rata-rata
Bagaimana cara menghitung nilai persediaan menggunakan metode biaya rata-rata bergerak?
Jawaban:
Biaya per unit diperoleh dengan cara menghitung rata-rata biaya pembelian. Jadi, setiap terjadi pembelian, maka akan diperoleh harga baru sesuai dengan pembelian.
Metode biaya rata-rata ini sangat jarang digunakan dalam sistem persediaan perpetual.
Jika Anda ingin mengoptimalkan aktivitas belajar mengajar yang lebih berdampak, mengapa tidak mencoba Google Cendekia?
03: Contoh Soal Persediaan Metode Periodik/Fisik
Berikut ini diberikan beberapa contoh soal persediaan barang dagang metode fisik beserta jawaban penyelesaiannya.
A: Contoh soal persediaan sistem periodik metode fifo
Data-data persediaan barang dagangan yang diperoleh dari suatu perusahaan yang menjual alat-alat kesehatan dalam periode Oktober 2021 adalah sebagai berikut:
1: Tanggal 1 Oktober 2021, persediaan awal barang dagangan adalah 225 unit dengan biaya per unit Rp 30.000.
2: 15 Oktober 2021, perusahaan membeli barang dari supplier sebanyak 100 unit dengan biaya Rp 25.000 per unit.
3: 30 Oktober 2021, perusahaan melakukan pembelian lagi sebanyak 50 unit dengan nilai biaya sebesar Rp 31.000.
Jadi, total barang yang tersedia untuk dijual sebanyak = 375 unit dengan biaya sebesar:
= (225 x Rp 30.000) + (100 x Rp 25.000) + (50 x Rp 31.000)
= Rp 6.750.000 + Rp 2.500.00 + Rp 1.550.00 = Rp 10.800.000
Pertanyaan:
Jika perhitungan persediaan fisik pada akhir periode sebanyak 350 unit, berapa harga pokok penjualan dan nilai persediaan akhir periode dihitung mengggunakan sistem persediaan periodik metode fifo.
Pembahasan dan jawaban:
A: Persediaan barang akhir periode
(a). Biaya paling akhir, pembelian tanggal 30 Oktober
= 50 unit x Rp 31.000
= Rp 1.550.000
(b). Biaya paling akhir berikutnya, pembelian tanggal 15 Oktober
= 100 unit x Rp 25.000
= Rp 2.500.000
(c). Biaya pembelian tanggal 1 Oktober
= 200 unit x Rp 30.000
= Rp 6.000.000
Total persediaan fisik 350 unit dengan biaya:
= Rp 1.550.000 + Rp 2.500.000 + Rp 6.000.000
= Rp 10.050.000
B: Menghitung harga pokok penjualan (HPP)
(a). Persediaan awal = Rp 6.750.000
(b). Pembelian :
= Rp 2.500.00 + Rp 1.550.00
= Rp 4.050.000
(c). Biaya persediaan barang untuk dijual bulan Oktober:
= (a) + (b)
= Rp 6.750.000 + Rp 4.050.000 = Rp 10.800.000
(d). Persediaan akhir periode = Rp 10.050.000
(e). Harga Pokok Penjualan :
= (c) – (d)
= Rp 10.800.000 – Rp 10.050.000 = Rp 750.000
B: Contoh soal persediaan metode periodik lifo
Ayat jurnal persediaan awal dan pembelian jenis produk CK123 pada bulan Maret adalah sebagai berikut:
1: Tanggal 2 Maret, jumlah persediaan awal sebanyak 30 unit, biaya Rp 40.000 per unit.
2: 15 Maret, perusahaan membeli barang sejumlah 60 unit, biaya Rp 45.000 per unit.
3: 27 Maret, perusahaan menambah pembelian sebanyak 20 unit, biaya Rp 47.000 per unit.
Barang tersedia untuk dijual pada periode Maret adalah:
= 30 unit + 60 unit + 20 unit
= 110 unit
Biaya barang tersedia untuk dijual:
= (30 unit x Rp 40.000 ) + (60 unit x Rp 45.000) + (20 unit x Rp 47.000)
= Rp 1.200.000 + Rp 2.700.000 + Rp 940.000 = Rp 4.840.000
Pertanyaan:
Perusahaan menerapkan sistem persediaan periodik metode LIFO. Jika pada akhir Maret, jumlah persediaan fisik adalah 75 unit:
A: Berapa persediaan barang tanggal 31 Maret?
B: Berapa harga pokok penjualan (HPP)?
Pembahasan dan penyelesaian:
A: Persediaan barang 31 Maret
(a). Persediaan awal, 1 Maret = 30 unit, dengan biaya:
= 30 unit x Rp 40.000
= Rp 1.200.000
(b). Pembelian tanggal 15 Maret = 45 unit, dengan jumlah biaya:
= 45 unit x Rp 45.000
= Rp 2.025.000
Jadi, persediaan tanggal 31 Maret adalah 75 unit dengan biaya Rp 3.225.000
B: Harga Pokok Penjualan (HPP)
(a). Persediaan awal = Rp 1.200.000
(b). Pembelian :
= Rp 2.700.000 + Rp 940.000
= Rp 3.640.000
(c). Biaya persediaan barang untuk dijual bulan Maret:
= (a) + (b)
= Rp 1.200.000 + Rp 3.640.000 = Rp 4.840.000
(d). Persediaan akhir bulan Maret = Rp 3.225.000
(e). Harga Pokok Penjualan :
= (c) – (d)
= Rp 4.840.000 – Rp 3.225.000 = Rp 1.615.000
C: Contoh soal persediaan metode periodik biaya rata-rata
PT Aida Jaya Perkasa merupakan salah satu perusahaan distributor aneka produk perlengkapan bisnis UMKM. Berikut ini data-data inventory yang dikumpulkan selama bulan Juni:
- 1 Juni, persediaan awal sebanyak 325 unit dengan harga per unit Rp 18.000
- 5 Juni, pembelian 250 unit biaya perolehan per unit Rp 22.000
- Tanggal 25 Juni, membeli 150 unit dengan harga Rp 21.000 per unit
Perusahaan mengelola inventory dengan sistem periodik metod biaya rata-rata. Dan setelah melakukan stock opname, diperoleh data persediaan fisik sebanyak 600 unit. Hitunglah jumlah persediaan akhir dan nilai harga pokok penjualan 30 Juni.
Jawaban penyelesaian:
A: Jumlah persediaan akhir Juni
Untuk menghitung persediaan akhir, kita perlu mengetahui biaya rata-rata per unit dengan cara sebagai berikut:
= [(325 unit x Rp 18.000) + (250 unit x Rp 22.000) + (150 unit x Rp 21.000)] : (325 + 250 + 150)
= (Rp 5.850.000 + Rp 5.500.000 + Rp 3.150.000) + 725 = Rp 20.000
Jadi, persediaan akhir Juni adalah:
= 600 unit x Rp 20.000
= Rp 12.000.000
B: Nilai Harga Pokok Penjualan
Untuk mengetahui harga pokok penjualan, kita bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
= Biaya Barang Tersedia untuk dijual – Biaya persediaan akhir periode
= Rp 14.500.000 – Rp 12.000.000 = Rp 2.500.000
Penjelasan:
Biaya Barang Tersedia untuk dijual:
= (325 unit x Rp 18.000) + (250 unit x Rp 22.000) + (150 unit x Rp 21.000)
= Rp 14.500.000
Atau dengan cara seperti di bawah ini:
(a). Persediaan awal Juni = Rp 5.850.000
(b). Pembelian bulan Juni :
= (250 unit x Rp 22.000) + (150 unit x Rp 21.000)
= Rp 5.500.000 + Rp 3.150.000 = Rp 8.650.000
(c). Biaya persediaan barang untuk dijual bulan Juni:
= (a) + (b)
= Rp 5.850.000 + Rp 8.650.000 = Rp 14.500.000
(d). Persediaan akhir bulan Juni = Rp 12.000.000
(e). Harga Pokok Penjualan (HPP) bulan Juni :
= (c) – (d)
= Rp 14.500.000 – Rp 12.000.000 = Rp 2.500.000
D: Contoh soal gabungan persediaan metode periodik fifo, lifo, dan biaya rata-rata
Contoh Soal Persediaan dan Jawabannya #1:
Unit dari suatu jenis barang tersedia untuk dijual selama tahun berjalan adalah sebagai berikut:
1: 1 Januari 202x, jumlah persediaan sebanyak 12 unit dengan biaya Rp 25.000 per unit, total Rp 300.000
2: 14 April 202x, pembelian 28 unit dengan biaya Rp 30.000 per unit, total Rp 840.000
3: 30 November 202x, 40 unit biaya setiap unit Rp 36.000, total Rp 1.440.000
Barang tersedia untuk dijual sebanyak 80 unit dengan total biaya Rp 2.580.000
Pertanyaan:
Bila pada tanggal 31 Desember 202x terdapat 20 unit barang dagangan dalam persediaan fisik, hitunglah biaya persediaan menggunakan sistem periodik metode FIFO, LIFO dan Biaya Rata-rata.
Pembahasan dan jawaban:
A: Sistem Persediaan Periodik Metode FIFO
Biaya persediaan dihitung dari perkalian antara jumlah persediaan fisik akhir periode dengan harga persediaan akhir. Perhatikan cara perhitungan persediaan berdasarkan data-data pada soal berikut ini:
= 20 unit x Rp 36.000
= Rp 720.000
B: Metode LIFO
= (12 unit x Rp 25.000) + (8 unit x Rp 30.000)
= Rp 300.000 + Rp 240.000 = Rp 540.000
C: Sistem Persediaan Periodik Metode Biaya Rata-rata
Menghitung biaya rata-rata:
= Rp 2.580.000 : 80 unit
= Rp 32.250
Biaya persediaan:
= 20 unit x Rp 32.250
= Rp 645.000
Contoh Soal Persediaan dan penyelesaiannya #2:
Data-data persediaan berikut ini diperoleh dari PT Inventoryku pada periode tahun berjalan.
Terdapat 35 unit barang dalam persediaan fisik 31 Desember. Asumsikan perusahaan menggunakan sistem persediaan periodik, berapakah jumlah biaya persediaan apabila dihitung dengan (a) metode FIFO, (b) metode LIFO, (c) metode biaya rata-rata?
Jawaban dan pembahasan soal persediaan:
A: Sistem Persediaan Periodik Metode FIFO
= 35 unit x Rp 115.000
= Rp 4.025.000
B: Sistem Persediaan Periodik Metode LIFO
= (18 unit x Rp 100.000) + (17 unit x Rp 125.000)
= Rp 1.800.000 + Rp 2.125.000 = Rp 3.925.000
C: Sistem Persediaan Periodik Metode Biaya Rata-rata
Menghitung biaya rata-rata per unit barang:
= Rp 11.575.000 : 99 unit
= Rp 116.900
Menghitung biaya persediaan:
= 35 unit x Rp 116.900
= Rp 4.092.171
Kesimpulan tentang Soal Persediaan Beserta Penyelesaiannya
Beberapa contoh soal persediaan dan jawabannya ini dirancang agar pembaca mudah memahami tentang pengelolaan serta pengendalian persediaan.
Mengapa perusahaan perlu melakukan pengendalian terhadap inventory-nya? Ada dua tujuan pokok yang perlu diwujudkan menyangkut persediaan, yaitu menjaga tingkat ketersediaan yang aman (safety stock) dan menyajikan pelaporan yang benar sesuai standar akuntansi keuangan (SAK).
Ada dua metode pengelolaan inventory yang biasa digunakan perusahaan, yaitu sistem periodik dan perpetual. Dua sistem populer tersebut meliputi metod FIFO atau first in first out, LIFO atau last in first out, maupun biaya rata-rata.
Contoh soal persediaan dan penyelesaiannya juga mencakup dua sistem tersebut dengan beberapa variasinya, sehingga pembaca bisa menerapkan mana metode yang sesuai untuk bisnisnya. Dan bila masih ada keraguan, Anda bisa mempelajari juga SOP Keuangan dan Accounting Tool bermanfaat.
Demikian yang bisa kami bagikan tentang contoh soal persediaan dan pembahasan jawabannya, semoga bermanfaat dan terima kasih.